Wednesday, November 14, 2007

Manila or Jakarta?


Kesan pertama keluar dari Bandara, aku merasa ga asing. Mungkin karena kota ini mirip dengan Jakarta. Berbeda dengan Taiwan…yang begitu kita turun dari pesawat, suasana berbeda langsung terasa. Yang menunjukkan kalo ini Manila adalah Jeepney...mobil angkutan khas Phillipines.

Intramuros, menjadi tujuan pertama kami. Wilayah ini penuh dengan banunan kuno peninggalan Spanyol yang bersejarah. Salah satunya adalah Cathedral of Manila, dulunya bernama Church of San Agustin. Sebuah gereja tertua dan cukup terkenal di Manila serta menjadi salah satu tujuan utama para wisatawan.

Walau di sekelilingnya banyak gedung perkantoran modern, namun bangunan ini tetap berdiri kokoh dengan keanggunan masa lalu.

Kami pun sempat memasuki Casa de Manila, sebuah hotel kecil, namun interiornya masih bergaya Spanyol. Bangunan yang indah, membuatku bermimpi untuk menyelenggarakan pesta pernikahan di tempat ini. Pasti indah dan romantis.

Sarapan pagi pertamaku adalah di Pancake House, di sekitar Manila Bay. Tempat yang mirip Ancol ini dipenuhi oleh warga Manila yang sedang berolahraga pagi.

Pancake, sudah menjadi makanan favoritku, namun menyicipinya dengan cara memasak yang berbeda, membuat kelezatan bertambah. Nyum….Pancake dengan bacon, menjadi pilihanku. Ternyata porsinya cukup besar, cukup untuk porsi 2 orang. Tapi aku mampu melahapnya sendirian, walau udah ga sanggup lagi..phew…..kenyang….

Sehabis makan, apalagi makan banyak, oksigen dalam tubuh kita lebih banyak mengalir ke pencernaan, membuat supply oksigen ke otak semakin berkurang. Efeknya nguantukkk….

Tiba waktunya untuk tidur…hahaha….kami langsung pulang ke apartemen di daerah Makati City, dan aku langsung bersiap-siap untuk tidur. Maklum selama 3.30 jam di pesawat aku ga bisa tidur nyenyak…

Tidur dulu…..zzzz……

Ternyata Manila itu ga beda ma Jakarta, hiburan utama adalah Mall…

Green Belt menjadi tempat pertama yang kukunjungi. Maklum mall ini hanya berjarak 2 menit berjalan kaki dari apatemen. Saat ini aku baru menyadari bahwa gedung-gedung di Makati didominasi oleh warna-warna kusam dan tua. Begitupula dengan Greenbelt 1, kesan pertama tak ada bedanya dengan Sunter Mall, kusam, sempit, gelap. Belum lagi satpam bersenapan yang jaga di setiap pintu masuk mall dan selalu memeriksa barang bawaan pengunjungnya. Aku langsung ga berminat dengan mall ini. Tapi ketika kita memasuki Greenbelt 2, aku langsung tertegun, apalagi mendengar penjelasan bajaj, kalo mall ini memiliki terhubung dengan 6 mall lainnya. Greenbelt 2, lebih modern, dengan café-cafenya yang tersebar dari lantai 1 sampai 3. Belum lagi konsep open spacenya yang cantik dan di dekor dengan apik.

Mall selanjutnya adalah landmark, mall sejenis Matahari. Koleksi pakaiannya tidak membuat berselera untuk membeli. Tak bernafsu aku mengitari Landmark, akhirnya kami memasuki Glorieta. Konsep Mall ini seperti Mall Karawaci, memiliki 4 gedung dengan konsep yang berbeda. Masing-masing bagian memiliki keistimewaanya sendiri. Di Glorieta 2 ada resto-resto yang menyajikan berbagai makanan. Bajaj mengajakku untuk makan siang di North Park, sebuah resto masakan chinesse food, favorit Bajaj. Mie tarik disini cukup enak, dimsum dan masakan yang lain pun rasanya cukup pas di lidah orang Indonesia. Bedanya disini, air minum gratis, dan kita pun bisa memintanya berapapun yang kita mau. North Park menyajikkan berbagai jenis mie ada mie Hongkong, Shanghai, Sayuran dll….semuanya terlihat enak dan menggiurkan.

Hari ini dihabiskan dengan berputar-putar sekitar Greenbelt dan beli makanan di supermarket. Makanan disini untuk cemilan, lebih murah. Nutela yang big size aja harganya hanya 20ribu rupiah, kalo di Jakarta paling murah juga 30 ribu. Makanya aku borong banyak makanan disini :p

Sore hari, Bajaj dapat undangan untuk menjadi juri di pemilihan Miss Teen Phillipines 2007. Perusahaan Bajaj, Kino, menjadi salah satu sponsor dalam pemilihan miss pageant ini. Remaja yang masih belia ini, terlihat cantik, namun tak secantik gadis Indonesia. Darah campuran ternyata tidak membuat mereka lebih cantik dari gadis Indonesia (herannya banyak co yang bilang, pinoy cakep-cakep). Yah mungkin, tampang gadis ini bukan cerminan menyeluruh dari perempuan Phillipines.

Anyway, kami menyaksikan mereka meliuk-liuk memamerkan kecantikan dan inner beauty mereka di depan para juri, dengan busana pilihan mereka sendiri.

Sambil memegang kamera kesayanganku, aku tak mau melepaskan kesempatan mengambil gambar. Kapan lagi punya kesempatan ambil gambar di event seperti ini.

Terlihat sekali, masing-masing dari mereka, berusaha untuk mendapatkan perhatian dari para juri. Secara jujur, hanya ada beberapa orang yang menarik perhatianku. Walau kadar ketertarikan itu termasuk biasa-biasa saja, bukan sebuah ketertarikan yang menggebu-gebu ( u know what i mean, right ?)

Yah, secara fisik tidak ada yang menarik dari mereka. Tidak tahu juga bagaimana dengan kepribadian mereka. Sayangnya aku tidak ikut bagian penjurian untuk inner beauty, mungkin disini bisa diketahui lebih detil tentang kepribadian mereka.

Akhir acara, Bajaj sempat di foto bersama para gadis-gadis ini. Hahaha..lumayan, serasa raja minyak.....

Seru juga, kami berdua sama-sama menilai dan berdiskusi, kira-kira gadis mana yang tepat untuk dijadikan endoser produk Eskulin. Ternyata kami berdua memiliki pilihan yang sama. Dan foto-foto hasil jepretanku, menguatkan Bajaj dan timnya untuk memilih gadis ini sebagai endoser Eskulin. Beberapa minggu kemudian, jadilah gadis ini (namanya sapa ya ?) endoser Eskulin. Doi juga sebagai juara ke 2 untuk Miss Teen Phillipines.

Malam itu, aku diajak untuk menikmati masakan Italia di Italianis. Masakan Italia paling enak yang pernah aku makan. Pizza dan spaghetinya ga ada tandingan. Di Indonesia, Izzi Pizza pun belum mampu menandingi Italianis. Tapi kalo ga ada Italianis, Izzi Pizza lumayan masuk deh...

Italianis langsung menjadi resto favoritku. Kami makan di Italianis Green belt, suasana restonya cukup nyaman dan di dekor seperti kota kecil di Italia.

Porsi makanannya gede banget, kita hanya pesen 2 menu, Spaghetti with meat dan Pizza traditional. Saking banyaknya ampe ga abis, di bungkuslah si Pizza, buat breakfast besok.

High recommended deh nih Resto, sayang harganya lumayan mahal juga. Mungkin kalo makan rame-rame, harganya jadi lebih murah, Karena porsinya yang gede booo…..

Baru hari pertama di Manila, di lihat dari makanan sih sepertinya aku cocok ma makanan disini. Tempat tinggal yang down town banget, juga cukup ok.

Masih terlalu dini untuk menentukan akankah aku betah tinggal disini.

Yang pasti sih buku disini murah-murah, dibandingkan ma Indo. Pilihan bukunya juga banyak banget, terutama buku terjemahan Inggris. Huh,...buat penggemar novel, serasa surga deh disini…..

No comments: