Saturday, September 29, 2007

The Beginning

“ok, jadi nanti tanggal 29, kamu harus terfokus pada ekspresi penonton ya. Biar bagaimanapun, kamu harus dapat ekspresi mereka…..”

Baru saja aku menyelesaikan kalimat itu, temanku berteriak, “Gempa…gempa…..”

Setelah diperhatikan memang benar sih, aku pun merasakan gempa yang ternyata cukup lama. Kupikir itu hanyalah gempa biasa yang skalanya tidak terlalu besar, dan aku masih bersikap santai di ruang meeting. Tapi aku menyempatkan diri untuk kembali ke mejaku, dan ambil handphone. Yah, saat-saat seperti ini aku baru merasa, kalo teknologi yang satu ini sudah seperti pakaian, kita ga bisa jauh darinya. Rasanya aneh bila tidak membawa Handphone di saku.

Anyway….ternyata setelah dicari info lebih jauh, gempa ini berada di sekitar pantai Barat Sumatra, dan kota Bengkulu serta Padang terkena dampak lumayan parah.

Huh…ada-ada saja, di kala kepergianku ke Manila tinggal menghitung hari (7 hari lagi) ternyata ada aja kejadian yang aneh-aneh. Bikin rencana, gagal semua deh…..

Apalagi di posisiku yang sekarang ini, aku punya tanggung jawab yang cukup berat untuk menjaga kelangsungan program. Ditambah, host penggantiku, yang ditugaskan untuk meliput ke Bengkulu. Sudah pastilah, aku reschedule tiket ke Manila……huhuhu….

Terbayang di benakku, minggu depan akan menjadi minggu yang padat, karena aku harus menjadi host dan ada salah satu timku yang pergi ke Bengkulu…..

Aaahhh….apa daya….

Setiap hari, setiap kali aku mendapatkan update terbaru mengenai Bengkulu, kok rasanya makin lama makin parah yah keadaannya. Insan Tzu Chi yang pergi kesana aja, belum bisa masuk ke Muko-Muko, wilayah yang katanya paling parah dampaknya. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke Jakarta hari Sabtu….

Disinilah kisah seru bermula…….(to be continued……)

Jakarta, 29 September 2007

Friday, September 28, 2007

Another story in my LIfe












" Life is impermanent, cherish every moment..."


Pilot : ….”perseneling mobil 2 ada masalah,….kami menepi sebentar…..”

Sweeper : “Sweeper menepi sebentar, menunggu kendaraan 2, yang lain silahkan duluan.”

---- Beberapa saat kemudian -----

Sweeper : “ Mobil 2 udah ok, sweeper rolling….”

Mulanya, percakapan melalui radio seperti ini, agak asing di telingaku. Maklum, ini pertama kalinya aku ikut Roadventure bersama dengan KTI (Komunitas Trooper Indonesia). Tapi lama kelamaan, aku jadi terbiasa, dan tetap bisa tidur nyenyak di sepanjang perjalanan walau radio kecil ini terus mengeluarkan suara yang tidak nyaman di telinga :p . (gini deh enaknya, kalo jadi penumpang, tinggal taruh pantat, tidur, menikmati pemandangan hehehe….. )

Eit..tapi kita ga tidur mulu loh, kadang-kadang khawatir juga kalo tiba-tiba kita berhenti dan ternyata ada masalah di salah satu mobil. Seperti yang terjadi di mobil kami, ketika sedang melalui jalan yang sempit serta medan jalan yang naik turun dan berliku, tiba-tiba ada tumpukan batu di tengah jalan. Mau ga mau, kita harus berhenti. Karena lumayan lama menunggu dan cadangan bensin juga dah mo abis, Budi (pilot kita), dianjurkan oleh anggota Roadventure yang lain untuk mematikan mesin dan memasukkan persneling ke posisi mundur…….

Keanehan mulai terjadi ketika mesin berusaha untuk dinyalakan……..

tet…tret…tret…..tret…………….

“wah gawat, napa lagi nih mobil, udah kita lagi di posisi menurun lagi, dan kiri kanan jurang yang dalam sudah menunggu. Mmmm…kalo mogok gimana caranya nih…”, pikirku.

tet…tret…tret…..tret…………….

Wajar saja, kalo aku khawatir, semenit sebelumnya mesin ga papa kok, lalu napa tiba-tiba bisa kehilangan arus listrik.

…..zzzzzz…….zzzzzzz…

....kunci kontak terus di putar berkali-kali….namun arus listrik tetap tidak ada.…..

Bukan hanya aku yang panik, Dylan, Grace dan Budi pun udah panik juga….

Anggota Roadventure yang lain sudah mulai mendatangi mobil kami……

Akhirnya, Mas Widodo, meminta Budi untuk buka kap mesin……

Phew…akhirnya ketauan juga biang keladinya… kabel yang menempel di Accu, terlepas. Sepertinya terlepas karena kita sering melewati medan yang keras.


Syukurlah, setelah diperbaiki sebentar, mesin sudah mau nyala kembali. Dan perjalanan dilanjutkan kembali……

Kejadian seperti itu, tidak hanya terjadi sekali, dalam satu hari perjalanan, tak terhitung berapa kali kami berhenti hanya karena adanya masalah pada salah satu kendaraan. Kerjasama yang baik dan saling menjaga antar anggota menjadi kunci utama dalam perjalanan seperti ini. Walau banyak dari kami yang tidak saling mengenal dengan dekat, namun setiap orang saling menjaga satu sama lain.

Aku sungguh menikmati setiap momen dari perjalanan ini. teman seperjalanan yang menyenangkan, medan jalan yang cukup menantang, dan yang paling buat aku seneng adalah “camping time”. Maklum, ini pertama kalinya aku camping (duh..telat banget ya…). Kita bawa 1 tenda besar yang muat untuk 5 orang.

Mmm…ternyata tinggal di tenda nyaman juga, ga seperti yang aku bayangkan sebelumnya. Malam pertama kita gelar tenda di Ranca Buaya. Disini tempatnya lumayan “terlindungi”, karena kita buka tenda di bawah atap pendopo hehehe……

Membangun tenda adalah bagian yang paling aku suka. Berempat, kita kerja sama untuk membuat sebuah sarang yang nyaman, walau hanya untuk satu malam.

….tarik sana….tarik sini….iket tali….

…..cari batu buat penganjal, bikin parameter…

…..siapkan dapur kecil, siapkan sleeping bag dan alas buat bobo……

Finally, ladies and gentleman, welcome to our 5 star hotel…..

Puas rasanya….melihat rumah mungil kami berdiri dengan kokoh. Apalagi pemandangan di depan kami adalah Laut Selatan. Dengan buih ombaknya yang menggulung, seakan mengucapkan selamat datang di dunia kecil kami.

Aaghh…indahnya dunia kecil kami ini. Rasanya tidak ada orang luar yang dapat merusak kebahagiaanku.

Kehangatan dan kekompakan kami berempat, kembali tercipta ketika kami menyiapkan makanan di dapur kecil dan sederhana kami. Sosis, sarden, dan mie instant menjadi menu kami. Sederhana memang, cara memasaknya pun seadanya, namun, pemandangan dan suasana yang mendukung membuat kenikmatan menu sederhana ini menjadi berlipat-lipat.

Ketika aku melihat ke sekeliling, anggota Roadventure yang lain juga merasakan kenikmatan yang sama dengan kami. Sambil menyicipi makanan kecil, kami bersenda gurau dan berbicara mengenai banyak hal.

Malam itu, di bawah taburan jutaan bintang (sayangnya tertutup dengan atap tenda), aku masuk ke dalam kantung tidurku yang hangat. Dengan beralaskan ubin nan keras, diiringi dengan suara deburan ombak yang merdu, akupun terbuai dalam dunia mimpi, sambil berharap suasana seperti ini dapat berlangsung selamanya.

Zzz……

Deburan ombak dan indahnya mentari pagi, membangunkanku dari dunia mimpi. Hari baru telah datang, petualangan baru sudah menanti. Dengan tak sabar, aku mengira-ngira, pengalaman apa yang akan menghampiriku hari ini.

Usai makan pagi, kami merobohkan rumah kecil kami. Bersama-sama kami melipatnya dan menyimpannya dalam tas penyimpanan, tak sabar untuk membukanya kembali.

Sebagai tanda terima kasih kami pada warga sekitar, kami menyerahkan beberapa dus biscuit pada mereka. Karena kondisi geografis yang cukup gersang (pohon jarang ada), membuat perekonomian warga sekitar ini, cukup sulit. Mereka hanya mengandalkan laut sebagai mata pencaharian. Didukung dengan keadaan infrasturktur yang minim, membuat masyarakat disini semakin terisolasi dengan dunia luar, tak heran mereka sangat miskin. Sayang sekali, kami tidak sempat berbincang-bincang dengan warga disini.....


Mentari belum sampai di puncaknya, namun kami harus melanjutkan perjalanan kami menuju Situ Patengang, sebuah danau yang cukup luas di daerah Ciwidey, Jawa Barat. Menurut rencana, kami harus duduk manis di mobil selama 6 jam.

Kami sempat berkendara di tepi pantai. Mmm…kalau bukan dengan kendaraan 4wd, pasti ga akan bisa melalui jalan seperti ini. Di tengah teriknya mentari dan kencangnya angin laut, aku sangat menikmati momen ini.

Berbagai medan sulit pun masih harus kami lalui. Yang paling mendebarkan ketika kami harus melewati perkebunan teh di tengah kabut. Dengan jarak pandang hanya 2-5 meter, 10 mobil saling jalan beriringan dengan perlahan. Bukan hanya pilot yang tegang, aku pun ikutan tegang memperhatikan jalanan.

Dengan radio kecil yang terus berbunyi, sambil menginformasikan hal-hal yang terjadi di iringan paling depan, mobil dijalankan dengan hati-hati.

Jarak pandang yang terbatas, tidak menghalangi keindahan kebun teh ini. Terdapat beberapa pohon yang meranggas, mengingatkanku pada The white tree of Minas Tirith, pohon lambang kerajaan Gondor dalam Trilogy LOTR.

Keindahan alam ini, membuatku terpukau akan ciptaan Tuhan yang selalu indah dengan cara dan gayanya sendiri.

Mmm..lama kelamaan serem juga melewati kebuh teh, saat hari sudah gelap.

Akhirnya tiba pula di Situ Patengan. Yang mengecewakan, tempat camping yang sudah kami pesan ternyata diberikan pada orang lain, jadilah kami harus cari tempat lain untuk menggelar tenda.

Terpilih juga, lokasi di dekat kolam pemandian air panas Ciwidey. Di samping tepian hutan, kami pun menggunakan mobil sebagai parameter dari orang asing.

Segera saja, setelah memasang lampu dan genset, kami mencari lahan untuk membuka tenda. Di atas tumpukan serpihan kayu, kami membangun rumah kecil kami.

Kembali kami sibuk, geser sana…geser sini…..tarik tali….bangun tenda…

…..siapkan terpal pelindung untuk melindungi tenda dari hujan……..

….siapin sleeping bag dan matras…..

Hore..jadi juga rumah kecil kami yang kedua di tempat yang berbeda…..

Udara disini lebih dingin dibandingkan di Ranca Buaya, sekitar 12 derajat. tapi kok dinginnya berasa banget ya?
Ga sadar, tubuhku pun mengigil kedinginan. Mungkin ini tandanya, kalo udah waktunya untuk makan….:)

Kami pun segera, menyiapkan dapur kecil kami, mengeluarkan pengorengan dan kompor. Menu hari ini adalah jagung, kacang merah dan sosis, yang semuanya dimasak jadi satu.

Nyum….lezat, menikmati makanan hangat di tengah udara yang cukup dingin..nyum…nyum…

Apalagi, makannya secara bersama-sama di satu wajan. Terjadilah, perebutan makanan antar 4 orang hahaha….

Di bawah bintang yang gemerlapan, di bawah pohon entah pohon apa, kami asik dengan dunia dan obrolan kami sendiri, padahal di luar sana, di tempat pemandian umum air panas, suara-suara bising terus belanjut. Namun, kehangatan di antara kami, membuat kami tidak menghiraukan suara-suara bising yang nantinya akan sangat mengganggu tidur kami.

Hanya ada satu kata untuk menggambarkan malam itu, romantic….

Buatku momen inilah yang pantas untuk disebut romantis (kan untuk menciptakan suasana romantis tidak harus berduaan dengan yayank aja :p )

Malam pun terus berlanjut, sudah saatnya untuk masuk ke sleeping bag dan menggapai sang mimpi. Beberapa lama aku sempat berusaha untuk tidur, namun kantuk tak kunjung datang. Gantinya aku malah mengigil kedinginan.

Yah…malam itu, aku tidak bisa tidur. Selain tubuhku yang mengigil, suara bising di kolam pemandian itu terus berlangsung sampai subuh. Belum lagi suara anak-anak muda sekitar yang sedang saweran dan naik motor kesana kemari……Ditambah suara dengkur orang-orang di sebelahku….mmm…mereka tidur nyenyak banget…..hanya aku yang sendirian tidak bisa tidur dan entah mau ngapain….

Jadilah, malam itu aku hanya sempat tidur selama 2 jam. Hebatnya, di pagi hari, aku bangun dengan bugar, seperti bila aku tidur selama 8 jam.

Suara burung berkicau pun, menyambut pagi yang cerah ini. Kami pun bangun dan menyiapkan makanan pagi. Menu hari ini, roti bakar dan telur, ditambah sosis khusus untuk pilot tercinta…..:p

Aahh…sedih juga, waktu yang menyenangkan ini harus berakhir. Kami sudah harus mengemasi perbekalan dan bersiap untuk menuju ke Kawah Putih.

Akhirnya keinginanku, jadi nyata juga. Sudah beberapa lama aku mendengar tentang keindahan kawah ini, namun setelah beberapa kali mencoba, aku tidak pernah kesampaian untuk berkunjung kesini.

Hari ini, keinginanku melihat Kawah Putih, menjadi nyata J

Tak sabar aku ingin melihat keindahan kawah ini. Ketika melewati pintu masuk menuju taman nasional ini, mataku disuguhi dengan hamparan pasir putih…..bau belerang menyengat indra penciumanku. Aku pun setengah berlari langsung menuju ke tepi kawah.

Indahnya pemandangan ini……

Kamera di tanganku langsung ku nyalakan dan kuabadikan pemandangan yang tak ingin kulupakan ini.

Belum puas, aku mengitari kawah ini, namun apa daya, teman-teman yang lain sudah mengajak untuk pergi…

Selamat tinggal Kawah Putih, mungkin lain kali aku akan berkunjung kembali kesini……

Perjalanan pun dilanjutkan ke Jakarta, setelah sempat terkena macet selama 3 jam, kami dapatkan pula lalu lintas yang lancar….dan perjalanan berjalan lancar sampai di Jakarta.

Berakhirlah, pengalamanku selama 3 hari di Jawa Barat. Pengalaman yang menyenangkan dan tidak akan pernah kulupakan, karena ini adalah pertama kalinya aku camping dan berkenalan teman-teman yang asik pula, yang ternyata menjadi teman seperjalanan ke Bengkulu. Penasaran untuk mengikuti kisah selanjutnya……ditunggu saja, kisah perjalananku ke Bengkulu untuk membantu korban gempa. Pengalaman kali ini lebih seru daripada pengalaman sebelumnya.

Jakarta, 28 September 2007