Pertama kalinya aku menginjakkan kaki di
Kunjunganku ke
Tanggal 3 May, Yahoo Messenger, menjadi saksi bisu, kerinduan kami. Saat itu pula, Bajaj memintaku untuk ke
Gesek kartu pertama dari Danamon…kok ga mo proses ya…
‘Mas penjaga loket, saranin untuk pake kartu lain. Untuk aku masih ada Citibank. Harap-harap cemas aku menunggu.
Mendengar suara kertas di cetak, huh…serasa mendapat lotere 1 milyar (hahahaha). Iyalah, gue dah sempet kepikir, masa gue ga jadi berangkat gara-gara ga mampu bayar fiskal.
Dengan hati tenang dan tubuh berkeringat, hasil mondar mandir dari ujung ke ujung terminal, aku melenggang ke counter Imigrasi. Proses berjalan mulus ampe masuk ke boarding room, walau sempet dicegat gara-gara bawa air minum 2 botol, tapi lumayanlah, kutinggalkan 1 botolku di counter pemeriksaan :p
Penerbangan memakan waktu 3 jam setengah. Tidur ga bisa, kursinya keras banget. Geser sini geser sana, bisa tidur juga walau tidur-tidur ayam :P
Karena ini budget flight, jadi kita ga dapet air minum, selimut ato bantal. Minum musti beli seharga 50 peso. Ini juga nih yang gokil, gue sama sekali ga bawa peso ato dolar, di dompet gue cuma ada 800ribu, hasil dari narik ATM gara-gara mo buat bayar fiscal. Sedangkan rupiah ga berlaku disini.
Jadilah aku menahan haus....hiks.....
Bagai yin dan yang yang membagi dunia menjadi dua sisi. Terang dan gelap.
Semburat warna merah bercampur biru dan putih, menghasilkan nuansa warna tersendiri yang sangat indah. Seperti perkataan Helen Keller, face the sunshine, so you can not see shadow in the darkness.
Ke arah terang itulah, kami melaju, meninggalkan kegelapan di belakang.
Jauh di bawah, tanah Philpinnes, mulai nampak. Kontur tanahnya yang berbukit terlihat jelas dari udara. Bahkan
Tak terasa landasan pacu mulai terlihat di kejauhan. Kamipun bersiap untuk mendarat.
Sayup-sayup, di tengah lamunanku, aku mendengar pengumuman bahwa kami akan mendarat dalam hitungan menit.
Suara katup roda yang terbuka, menandakan pilot sudah dalam kondisi mencari posisi tepat untuk mendarat.
Semakin dekat, landasan pacu dan tanah terlihat semakin dekat.
Ketinggian terus menurun…
Daratan terlihat semakin dekat…..
cssss……
pesawat pun mnedarat dengan mulus……
…mabuhay….
……welcome to
…..welcome to
Setengah jam kemudian, aku sudha di luar bandara. Celingak celinguk nyariin bajaj, kok ga ada....
Nanya ke satpam, dimana tempat penjemputan, doi malah kasih tau tempat naik bus. Setelah celingak celinguk 10 menit aku curiga, bahwa aku harus menuju ke sebuah lorong yang sedari tadi sedang aku lihat-lihat. Betul aja, ketika ngintip, aku lihat si bajaj lagi ga sabar menungguku.
Senyum kami pun langsung merekah ketika tatapan bertemu. Pelukan hangat dan penuh kerinduan, menghiasi pertemuan pertama kami setelah 3 bulan tak bertemu.
Ia segera menuntunku ke mobil kebanggannya. Betapa tidak, Vios seri terbaru ini adalah mobil sedan pertama hasil jerih payahnya.
Joey, sang Driver pun langsung menyapaku dengan ramah, “Gud morning, Ma’am.”
Mm…pertama kali nih dipanggil dengan sebutan “Ma’am”.
Joey, berbaik hati untuk mengantarkan kami berkeliling kota Manila, kendati hari Sabtu dan Minggu adalah hari liburnya. Bajaj ga nyetir karena ia belom terbiasa untuk menyetir di sebelah kiri.
No comments:
Post a Comment