Wednesday, November 14, 2007

My first day in Manila

5 May 2007,

Pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Manila, Phillipines. Sebuah negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Indonesia. Sebuah Negara yang sering terdengar dengan berita politiknya yang lumayan menyeramkan. Secara geografis negara ini tak berbeda jauh dengan Indonesia. Tak pernah terbayangkan suatu saat aku akan mengunjungi negara ini. Kalau bukan, Bajaj tinggal disini, mungkin aku ga akan berminat berkunjung ke sini. Yah…begitulah, suratan takdir membawaku untuk mengunjungi negara ini, pada 5 May 2007.

Kunjunganku ke Manila cukup mendadak. Rasa rindu yang tak tertahankan, mendorong kami untuk mengambil langkah “gila”.

Tanggal 3 May, Yahoo Messenger, menjadi saksi bisu, kerinduan kami. Saat itu pula, Bajaj memintaku untuk ke Manila. Tanpa berpikir panjang, tiket Cebu Pasific langsung di book. Reservasi yang cukup cepat dan mudah via internet, memudahkan proses pembelian tiket.

Saat yang ditunggu pun tiba, 4 May 2007 malam, aku dengan tak sabar menunggu-nunggu waktu menuju bandara Soekarno-Hatta. Demi mengisi waktu, aku menonton Devil’s Wear Prada dulu. Lumayan untuk nunggu waktu. Sekitar jam 21.30, berangkat ke Bandara.

Karena persiapan yang ga cukup, aku mempercayakan uang untuk fiskal sebesar 1juta, kepada kartu kredit. Selesai cek in, saatnya untuk bayar Fiskal…phew…jantung serasa mo copot, udah malem, cari loket yang terima kartu kredit ternyata susah-susah gampang. Loket yang masih buka hanya mau menerima pembayaran cash ato kartu kredit dari bank mereka. Ada loket BCA, tapi apa daya ga punya kartu kredit BCA, apalagi rek.tabungan disana. JAdilah aku berlari-lari dari ujung terminal satu ke yang lain. Ke ATM BII untuk narik uang tabungan…hiks….uangnya ga cukup, kurang 200ribu lagi…huhuhu….dah panic banget….sempet nanya sana sini….beruntung ada 1 loket yang masih buka dan menerima kartu kredit, walau kena charge 2.5 persen, gue rela deh, asal gue bisa ke Manila.

Gesek kartu pertama dari Danamon…kok ga mo proses ya…

‘Mas penjaga loket, saranin untuk pake kartu lain. Untuk aku masih ada Citibank. Harap-harap cemas aku menunggu.

Mendengar suara kertas di cetak, huh…serasa mendapat lotere 1 milyar (hahahaha). Iyalah, gue dah sempet kepikir, masa gue ga jadi berangkat gara-gara ga mampu bayar fiskal.

Dengan hati tenang dan tubuh berkeringat, hasil mondar mandir dari ujung ke ujung terminal, aku melenggang ke counter Imigrasi. Proses berjalan mulus ampe masuk ke boarding room, walau sempet dicegat gara-gara bawa air minum 2 botol, tapi lumayanlah, kutinggalkan 1 botolku di counter pemeriksaan :p

Time to boarding…

Pesawat yang digunakan Cebu Airlines, denger-denger adalah pesawat baru yang usianya masih 2 tahun. Aku agak ga mudeng kalo di suru-suru ngomong tentang pesawat. Tapi dari hasil pengamatanku yang awam banget…dari pintu pesawat aja, kok banyak amat tombol-tombol aneh yang selama ini ga pernah kulihat di pesawat komersial dalam negeri. Kesannya canggih dan baru gitu, beda ma pesawat dalam negeri yang keliatannya kuno dan kusam.

Penerbangan memakan waktu 3 jam setengah. Tidur ga bisa, kursinya keras banget. Geser sini geser sana, bisa tidur juga walau tidur-tidur ayam :P

Karena ini budget flight, jadi kita ga dapet air minum, selimut ato bantal. Minum musti beli seharga 50 peso. Ini juga nih yang gokil, gue sama sekali ga bawa peso ato dolar, di dompet gue cuma ada 800ribu, hasil dari narik ATM gara-gara mo buat bayar fiscal. Sedangkan rupiah ga berlaku disini.

Jadilah aku menahan haus....hiks.....

Kelelahan dan ketegangan selama semalam terakhir, terbayarkan ketika melihat seraut cahaya pagi di cakrawala. Saat-saat menjelang pagi, terasa indah ketika dilihat di ketinggian.

Bagai yin dan yang yang membagi dunia menjadi dua sisi. Terang dan gelap.

Semburat warna merah bercampur biru dan putih, menghasilkan nuansa warna tersendiri yang sangat indah. Seperti perkataan Helen Keller, face the sunshine, so you can not see shadow in the darkness.

Ke arah terang itulah, kami melaju, meninggalkan kegelapan di belakang.

Jauh di bawah, tanah Philpinnes, mulai nampak. Kontur tanahnya yang berbukit terlihat jelas dari udara. Bahkan kota Manila pun terlihat sangat padat.

Tak terasa landasan pacu mulai terlihat di kejauhan. Kamipun bersiap untuk mendarat.

Sayup-sayup, di tengah lamunanku, aku mendengar pengumuman bahwa kami akan mendarat dalam hitungan menit.

Suara katup roda yang terbuka, menandakan pilot sudah dalam kondisi mencari posisi tepat untuk mendarat.

Semakin dekat, landasan pacu dan tanah terlihat semakin dekat.

Ketinggian terus menurun…

Daratan terlihat semakin dekat…..

cssss……

pesawat pun mnedarat dengan mulus……

…mabuhay….

……welcome to Ninoy Aquino International Airport….

…..welcome to Manila….

Entah kenapa, setiap kali mendarat, orang-orang selalu terburu-buru untuk keluar. Aku yang biasanya santai kalo nunggu giliran keluar pesawat, bahkan selalu paling akhir, kini aku pun terburu-buru mo keluar juga. Aku bergabung dengan orang-orang yang sudah berdiri di lorong.

Pukul 6.00 aku menginjakkan kakiku di tanah Manila. Imigrasi tentu menjadi tujuan pertamaku. Proses berjalan mulus, aku mendapatkan visa untuk 2 minggu.

Setengah jam kemudian, aku sudha di luar bandara. Celingak celinguk nyariin bajaj, kok ga ada....

Nanya ke satpam, dimana tempat penjemputan, doi malah kasih tau tempat naik bus. Setelah celingak celinguk 10 menit aku curiga, bahwa aku harus menuju ke sebuah lorong yang sedari tadi sedang aku lihat-lihat. Betul aja, ketika ngintip, aku lihat si bajaj lagi ga sabar menungguku.

Senyum kami pun langsung merekah ketika tatapan bertemu. Pelukan hangat dan penuh kerinduan, menghiasi pertemuan pertama kami setelah 3 bulan tak bertemu.

Ia segera menuntunku ke mobil kebanggannya. Betapa tidak, Vios seri terbaru ini adalah mobil sedan pertama hasil jerih payahnya.

Joey, sang Driver pun langsung menyapaku dengan ramah, “Gud morning, Ma’am.”

Mm…pertama kali nih dipanggil dengan sebutan “Ma’am”.

Joey, berbaik hati untuk mengantarkan kami berkeliling kota Manila, kendati hari Sabtu dan Minggu adalah hari liburnya. Bajaj ga nyetir karena ia belom terbiasa untuk menyetir di sebelah kiri.

No comments: